Berkaca Pada Surat Al- Fiil
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara gajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka
(untuk menghancurkan ka'bah) itu sia-sia, dan Dia mengirimkan kepada
mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan
batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka
seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS. Al-Fiil (105): 1-5)
Dalam surah ini Allah SWT mengingatkan kepada Rasul-Nya dan
pengikutnya dengan suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besarnya
kekuasaan Allah yaitu dengan peristiwa penyerbuan tentara gajah yang
dipimpin oleh Raja Abrahah dari Habasyah untuk menundukkan penduduk
Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Tetapi Allah membinasakan mereka
sebelum tercapai maksud mereka, melaksanakan rencana mereka yang jahat
itu. "Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)."
Lihat, betapa besarnya kekuasaan Allah SWT untuk melindungi kota
Mekkah dan Ka'bah dari upaya Raja Abrahah yang akan menundukkan kota
Mekkah dan menghancurkan Ka'bah. Dan sampai sekarang, kota Mekkah dan
Ka'bah sebagai tempat suci dan sebagai kiblatnya umat Islam di seluruh
dunia masih utuh dan yang datangpun untuk berhaji dan umrah semakin
hari semakin banyak.
Kalau kita mau berkaca pada peristiwa itu, ada kemiripan yang
tercermin dalam riwayat itu. Didalam diri kita ada Qalbu (hati) yang
didalamnya ada iman, karena iman tempatnya didalam qalbu. Sifat iman
sama dengan tempatnya (hati) yaitu bolak-balik atau yazid wa yankus.
Dalam kondisi `yazid', keimanan kita akan kuat bertahan dan bisa
menghalau serangan-serangan dari setan dan setanpun akan berpikir dua
kali untuk menyerang diri kita, tapi ketika keimanan kita anjlok ke
kondisi `yankus', maka keimanan kita tidak akan mampu menghadang
serangan-serangan yang dilancarkan oleh setan, sehingga kita menjadi
bulan-bulanannya. Oleh karena itu yang paling berkepentingan dalam
menjaga dan memelihara keimanan yang ada dalam hati dari
serangan-serangan setan adalah manusia itu sendiri. Sebab kalau tidak
dijaga dan dipelihara, maka selamanya kita akan menjadi
bulan-bulanannya setan la'natullah dan diri kita pun akan dikuasainya
Ingatlah, Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam
jasad ini ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka
baik pula seluruh jasad ini. Dan jika ia jelek, maka jelek pula
seluruh jasad ini. Ketahuilah, dia adalah hati." ((HR. Bukhari;
Muslim, dan yang lainnya)
Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Mutiara Ihya Ulumuddin beliau
berkata, "Ketahuilah, bahwa hati memiliki pintu yang padanya setan
menembus menuju pintunya yang berhubungan dengan alam gaib. Setan
membisikan sesuatu didalamnya sebagaimana malaikat membisikan.
Sifat-sifat tercela merupakan tempat masuk setan menuju hati. Maka
dengan kadar, tertutupnya semua sifat itu, maka jalan-jalan setan
menjadi sempit atau tertutup. Dan dengan kadar terbukanya sifat-sifat
tersebut, maka pintu-pintu dan jendela itu menjadi luas bagi setan.
Engkau berada diantara dua keadaan, yaitu menutup pintu ini sehingga
hati menjadi tempat hikmah dan turunnya para malaikat, dan membukanya
sehingga hati menjadi tempat sarangnya setan".
Tutuplah pintu hati kita dan baguskanlah keimanan yang ada dalam hati
kita, jangan biarkan hati kita terbuka sehingga memudahkan setan masuk
dan berkuasa di dalamnya karena setan tidak akan menyerah untuk
menjerumuskan kita kedalam kemaksiatan yang hina, dia akan terus
menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus ini, sebagaimana yang
dikatakan biangnya setan yaitu Iblis yang diabadikan dalam Al-Qur'an
oleh Allah SWT sebagaimana berikut ini,
"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus; kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (ta'at)." (QS. Al-A'raf (7): 16-17)
Oleh karena itu kita harus berusaha sekuat tenaga untuk melawannya,
jangan biarkan setan itu masuk ke dalam hati kita. Penuhi hati ini
dengan dzikrullah (mengingat Allah), sebab apabila di dalam hati kita
ada Allah (selalu mengingat Allah), maka setan tidak akan berani
menggoda dan memperdayai kita, tapi kalau di dalam hati ini tidak ada
Allah (tidak selalu mengingat Allah) maka jangan heran, kalau ucapan
kita tak tertata, pakaian kita seronok, tingkah kita tak sopan dan
lain sebagainya karena setan dengan mudahnya masuk ke dalam hati dan
pada akhirnya hati ini pun akan menjadi sarangnya setan la'natullah.
Naudzubillahimindzalik.
"Maka jika kamu telah menyelesaikan shalat, maka ingatlah Allah dalam
keadaan berdiri, duduk dan dalam keadan berbaring." (QS. An-Nisa' (4):
103)
Perhatikan ayat ini dan laksanakanlah apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT., maka mustahil setan akan berani menggoda kita. Tapi
kenyataannya, manusia selalu saja lengah, sehingga dengan mudahnya
setan masuk menggoda dan memperdayai.
Hari ini di zaman ini godaan setan begitu gencarnya, sehingga diri ini
pun tak lepas dari sasaran bujuk rayunya. Astaghfirullah.
Sewaktu-waktu dalam benak saya suka terbayang kisah Al-Fiil diatas,
saya membayangkan tatkala diri ini penuh dengan dosa karena selalu
mengingkari apa yang diperintahkan dan di larang-Nya. Maka Allah SWT
mengirimkan kepada saya sebagaimana yang dikirimkan kepada raja
Abrahah yaitu burung-burung ababil yang melempari diri ini dengan batu
yang berasal dari tanah yang terbakar, dan melihat diri ini pun
seperti daun yang dimakan ulat... Astaghfirullah...T_T
Bagaimana dengan Anda?
Wallahu A'lam
0 comments:
Post a Comment